Perjalanan Sebuah Hati : Burangrang 16-17 april 2011.

Minggu, April 24, 2011

Hello folks. Lama engga update dan gue datang dengan cerita baru. maaf ke panjangan haha

***

Oke. perjalanan ini sebelumnya belum terlintas dikepala gue, gue aja tau ada yang mau ke burangrang aja ngasal. Ah yaudah itu di skip aja. Akhirnya gue mutusin untuk ikut ke burangrang daripada gue nganggur liburan 4 hari habis uts. Itung-itumg liburan. Dan berangkat lah gue.

Di hari jum’at (15/04) yang agak cloudy, gue berangkat bersama anwar ke terminal baranangsiang setelah dianter 2 manusia dari bokap. Awalnya kita mau naik bis ekonomi yang harganya Rp 25.000,- tapi karena udah agak sore jadi agak susah. Selain itu juga kita mempertimbangkan keefisienan waktu, soalnya kita berangkat jam 3 sore takutnya kalau sampai bandung terlalu malam kita bingung. Akhirnya, kami memutuskan unutk naik MGI dengan harga Rp 40.000,- sampai terminal leuwi panjang. Setelah 3,30’ perjalanan, akhirnya kami sampai dengan perut lapar. Karena udah gak bisa kompromi lagi dengan cacing di perut, kami makan dulu di warteg dan sekalian tanya-tanya untuk ke ledeng gimana. meski kita udah tau teorinya, praktik itu lebih susah karena banyak kendalanya. Contohnya adalah di begoin pribumi atau pun kegalauan yang ada pada diri masing-masing. Hahaha

Selesai makan, kita nyari angkot. Teori yang dikasih penjaga warteg dan yang dikasih tau aisyah sama yaitu naik angkot kuning yang tujuan ke kalapa lalu disambung dengan angkot jurusan ledeng. Tapi karena hasutan calo kami malah naik angkot merah yang ke cicaheum (kalau engga salah ya. Orang bandung coba koreksiin). Namun baru beberapa menit duduk kami langsung turun lagi dan ketemulah angkot kalapa! Haha emang telat tapi setidaknya kebegoan kita gak dilanjutin. Inilah manusia.. tau tapi suka sok tau dan yaudahlah.. untung kami gak hanyut dalam kebegoan.

Dengan ongkos Rp 3000,- kami sampai itc kalapa, dari situ kami langsung naik angkot kalapa-ledeng dengan ongkos Rp 4000,-. Kami menghubungi aisyah dan bilang bahwa kami udah deket, aisyah berjanji akan nunggu di depan in*omar*t terminal ledeng. Setelah hampir sejam naik angkot ledeng, kami sampai di terminal ledeng. Gue dan anwar langsung menuju mini market yang dikatakan aisah. Dengan perasaan excited kami berpelukan karena udah lama gak ketemu—ah masa iya lama banget? Terakhir ketemu pas ya taun lalu s hahaha

Selesai cepika-cepiki dan haha hihi kami bertiga langsung berjalan menuju kontrakannya aisah yang gak jauh dari terminal—tapi lumayan cape juga jalan kaki men. Kami sampai di kosan aisah pukul setengah Sembilan malam. Beres-beres, unpacking, mandi dan langsung ngobrol sampai lupa waktu. Banyak banget yang kita bicarain—tapi kenapa semuanya jadi mengkerucut pada kegalauan? Haha apalagi ketika aisyah mengajak untuk menikmati kota bandung dari atap kontrakannya. Kami cukup lama ngobrol disitu. Kami bicara tentang segala hal.. tentang cinta dan keindahan. serius. Dan tentunya kegalauan tapi Cuma gue yang engga galau :D

Setelah semalaman begadang—padahal Cuma sampe jam 2 pagi s—gue dibangunin tiba-tiba oleh anwar dan aisyah. Dan ternyata mereka menyampaikan kabar buruk. Jibah an her fie engga jadi berangkat kebandung dikarenakan feeling nyokapnya yang gak enak. Lalu kami bertiga diem, bingung, dan memutuskan untuk tidur lagi aja sampai jam 10 baru kita memutuskan mau kemana. Anwar bilang ‘kita kemana aja yang penting jalan’. Gue pikir yaudahlah paling juga jalan keliling bandung aja jadinya. Akhirnya kami bertiga tidr lagi. Dan lagi-lagi gue dibangunin oleh mereka berdua dengan anwar yang bilang ‘kita gak bertujuan tapi bukan untuk tersesat’ ah poknya gue lupa detailnya, Anwar’s pv bisa di check di blognya. Akhirnya secepat kilat kita bertiga atur manajemen lagi. Setelah rapat kilat kami bertiga bagi-bagi tugas, gue dan aisyah belanja sedangkan anwar browsing peta burangrang. selesar belanja di ledeng, gue dan aisah kembali ke kosan. Lalu kami bertiga bagi-bagi beban. Anwar dengan carriel 60lt punya kekasihnya, gue dengan backpack 30lt, dan bener-bener aisah membawa day pack.

Tanpa buang waktu, pukul 1 kami berangkat menuju terminal ledeng lalu naik nagkot menuju parongpong dengan tariff Rp 4.000,-/orang. Sayangnya cuaca kota bandung bener-bener gak mendukung karena sejak keberangkatan kita hujan turun sangat deras. Untungnya pas menuju parongpong hujan makin kecil hingga tersisa rintik kecil aja. Sampai parongpong kami lanjut naik angkot kuning padalarang yang lewat pos komando. Dan sepanjang perjalanan kami sudah bisa melihat lebatnya hutan burangrang. dengan ongkos Rp 2.000,- kami sampai depan plang komando tempat para tukang ojek mangkal. Untuk mengirit waktu yang makin lama beranjak sore, kami memutuskan untuk nyewa ojek sampai pos kopassus nya. Dan terjadilah tawar menawar harga dengan tukang ojek lalu dicapailah harga kesepakatan yaitu Rp 20.000,- untuk 3 ojek. Ternyata keputusan kami memang tepat karena jarak dari pangkalan ojek ke pos ternyata jauh banget. Medannya sih berbatu, mungkin sama kayak jalan menuju sukamantri tapi ini agak bertanah dikit sih.

Setelah melalui jalan panjang nan berliku, kami sampai di pos komando dengan anwar yang duluan sampai. Di pos ternyata rame euy ada bapa-bapa dan ibu-ibu TNI. Karena anwar sudah sampai duluan jadi dia sudah menyampaikan maksud kedatangan kami. Kami menyerahkan KTP dan uang Rp 5.000 aja untuk operasional dan kami diijinkan naik. Dan kami di himbau untuk turun lewat pos komando juga. Setelah diberi arahan bahwa kami harus jalan lurus terus dan ngikutin jalan yang banyak dilalui, kami pun berangkat. Baru beberapa meter dari pos kami langsung berhenti dan berdiri melingkar lalu mulai berdoa. Kemudian kami melanjutkan perjalanan sore kami menuju salah satu gunung dari rangkaian pegunungan sunda purba.

Seperti gue bilang di awal, ini bener-bener perjalanan hati. Karena jujur aja dalam diri gue sendiri bener-bener ruwet banget. Segala pikiran berkecamuk di hati ini. Gue gak tau apa yang ada di diri gue hingga gue berani memutuskan untuk pergi mendaki gunung lagi—sejujurnya gue hanya bilang bahwa gue akan ke bandung. Dan gue merasa bertanggung jawab untuk kembali lagi ke bogor dengan selamat. Dan sebenernya, gue masih berfikiran bahwa hey it’s not the destination, but the journey. Gue awalnya gak terlalu mikir apa-apa untuk menggapai puncak burangrang, yang penting gue jalan aja karena untuk berada di burangrang aja gue udah merasa bersyukur masih diberi keberanian dan kekuatan untuk melangkah. Dan keinginan untuk mencapai puncak justru timbul ketika gue berada dalam perjalanan.

Kami terus berjalan mengikuti satu-satunya jalan yang ada dan banyak dilalui orang. Gue tau kenapa ini jalan satu-satunya, soalnya kanan kiri jurang karena ini adalah punggungan. Sepanjang jalan gue gak berhenti-hentinya berzikir karena medannya burangrang luar biasa menguji kesabaran gue. Medan yang kami lalui licin, becek dengan kemiringan yang hampir 700 – 900 . luar biasa banget buat gue karena gue harus mencurahkan tenaga gue untuk memanjat. Setelah dua jam perjalanan yang membuat badan basah karena terkena embun dan keringat, kami memutuskan untuk membangun tenda di pos—entahlah gue gak tau namanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima dan hari mulai berganti malam, namun kesabaran kami masih diuji dengan tenda yang luar biasa. Luar biasa dengan arti negative tapi. Yah salah kami juga s emang gak ngecek gimana kondisi tenda hasil minjem ke temennya mile. Nih spesifikasinya : tenda c*lem*n, flysheet l*fuma, frame udah patah-patah untung pasaknya gak ilang juga. Haha aisyah masak, sedangkan gue dan anwar pasang tenda itu. Setelah diakalin akhirnya tuh tenda berdiri dan bisa digunakan. Yey!

Menu makan malam kami hari itu adalah nasi, mie rebus, keripik temped an telur goreng. Kalau laper dan dingin apa aja dimakan. Tapi gue gak bisa makan nasi banyak-banyak kalau lagi ngecamp gak tau deh kenapa. Makan dikit yang penting perut gue keisi dan nambah tenaga gue. Beres makan malem romantic bertiga.. dingin menyergap dan gue mager. Hahah akhirnya gue masuk sleeping bag dan tidur meskipun aisyah anwar bawel nyuruh ngobrol, maaf saya capek daripada ngelantur mending saya siapin tenaga lagi (gue menyerah ketika mencoba keluar tenda dan ngobrol sebentar tapi gara-gara cacing gue masuk lagi akhirnya karena sunyi gue ketiduran). Haha tapi gue tetap mendengar aisyah dan anwar yang lagi ngobrol dan bikin kopi. Ingin gabung tapi apa daya hasrat memejamkan mata besar sekaleeee haha

Esok paginya (17/04), gue bangun jam 4 pagi tapi masih pada tidur yaudah gue jadi diem dan ketiduran lagi sampai akhirnya aisyah bangun dan membangunkan gue. gue pun bangun, melipat sleeping bag dan segera keluar untuk menghirup udara segar. Luar biasa sekali. Tanpa buang waktu kita masak dan menu sarapan pagi ini adalah nasi, sosis goreng, sarden dan keripik tempe lagi. Ternyata kami sangat lapar. Beres-beres lalu packing lagi untuk melanjutkan perjalanan karena target kami jam 1 siang udah harus di pos komando lagi.

Medan yang kami lalui masih sama seperti kemarin. Percayalah bahwa setiap ada turunan pasti ada tanjakan.. karena begitulah medan burangrang yang agak memutar. Namun medan hari ini agak membuat jantung deg-degan dan kita dituntut untuk terus berhati-hati dan menjaga konsentrasi karena kanan kiri sudah jurang yang kami gak tau seberapa dalamnya. Untungnya hari itu matahari gak nyumput dibalik awan jadi kami bisa bener-bener ngeliat pemandangan pegunungan sunda purba yang luar biasa indah.

Setelah puncak bayangan yang terakhir, medan menurun dan pemandangan disebelah kanan luarbiasa indah. Kita bisa ngeliat hutan dan kota bandung. Tapi kita harus tetep hati-hati jangan sampai terlena karena disamping kanan kita jurang yang dibawahnya ada hutan. Kami diam sebentar menikmati keindahan itu lalu mulai perjalanan lagi yang agak menanjak memipir punggungan. Jalannya bener-bener setapak yang Cuma bisa dilalui satu orang bergantian. Kita juga jarus tetap waspada karena sebelah kanan kiri masih jurang dan ada beberapa bagian longsor.

Dan dari kejauhan sudah terlihat ada bagian dimana kita harus manjat karena medannya agak curam. Gue agak sedikit goyah disitu. Gue tiba-tiba berhenti dan lepas carriel gue lalu diam Cuma ngeliatin anwar yang sudah terlebih dahulu samapi diatas dan aisyah yang lagi manjat. Gue kalut banget, gue takut gue gak bisa, gue takut ini, gue takut itu. Ah segala macem pikiran negative di otak gue. parah. Hingga akhirnya gue mensugestikan diri gue sendiri bahwa gue harus bisa, gue pasti bisa, gue gak akan tau kalau gue gak pernah nyoba. Akhirnya karena disemangatin juga, gue make tas gue lagi lalu sambil zikir terus jalan lewatin longsran yang bikin jantung gue deg-degan. Setelah gue sampai di tempat dimana gue harus manjat ternyata medannya tanah batu dan ada pijakan-pijakannya, dengan keyakinan, bantuan, tali tambang dan berdoa, gue berhasil manjat. Serius gue deg-degan banget dan akhirnya keril gue tinggalin dibawah pas manjat. Lanjut lagi perjalanan udah mulai stabil naik terus tapi agak datar. Makin lama, tugu triangulasi semakin jelas terlihat dan anwar izin untuk bergerak duluan kesana. Anwar terus nanjak dan nanjak akhirnya dia teriak di puncak sementara gue dan aisyah masih terus berjalan dan foto pemandangan.

9.45 am. Gue tiba di puncak burangrang. Alhamdulillah. Perjuangan naik terbayar dengan keindahan alam ciptaan Allah ini. Kami bertiga saling bersalaman dan mengucapkan selamat. Dan, fyi di puncak ada signal, gue sempet bales sms temen-temen gue soalnya. Gue serius loh doain anak b 78 menang handball pas di puncak. Gue bikin videonya tau. Terus kami foto-foto bertiga berbagai gaya. Dan moment anwar yang minta ‘hadiah’ulang tahun gak mau lah dilewatin sama gue dan aisyah. Hahaha

bagi kita bertiga mungkin ini perjalanan pertama kita jalan bertiga. Haha ngerti kan? Sebelum naik kita udah sepakat sama-sama tau kebiasaan buruk kita kalau lagi naik dan harus saling mengerti ego masing-masing. Tapi dengan kesepakatan gitu buat gue malah jadi tau dan coba unutk ngontrol ego gue sendiri, gue jadi lebih coba mengerti aja kebiasaan dan sifat asli mereka. Gue jadi agak santai dan coba ngontrol suasana lebih adem.

Perjalanan ini mungkin kecil buat lo, tapi gak buat gue. gue masih dapat pelajaran untuk kesabaran dan ngendaliin emosi. Tapi ini lebih pada kepuasan bathin menurut gue. Gue gak mau jadi orang yang sompral dan sombong karena saat di alam gue ngerasa gue itu kecil banget. Gak ada apa-apanya. Semua ini milik Allah swt. Dan justru disaat itulah gue sering berzikir mengingat Allah dan gue menyadari keangkuhan gue selama ini. Hati gue semakin terisi bahwa Allah swt memang maha kuasa dan maha besar. Dia bisa melakukan apa saja pada kita, karena Allah maha berkehendak. Buat gue, inilah salah satu cara dari Allah untuk menyadarkan saya agaringet akan kekhilafan saya selama ini. Terimakasih ya Allah masih membukakan hati nurani ini..

Bogor, 23 april 2011

6.12 pm @ mi room

rachmania

You Might Also Like

0 komentar