Ya, prolog. Mudah-mudahan bisa lanjut. Sudah 100 halaman :p haha thanks
****
“Jingga..”
“Yama..” yama menyambut uluran tangan cewek imut berambut
pendek yang sedang tersenyum kearahnya.
Manis. Namun sepertinya Jingga hanya anak SMA kebanyakan yang berisik dan
repot. Namanya terdengar riang sekali.. jingga. Seperti warna jingga yang
menggambarkan merah dan kuning yang dipadukan kemudian terbentuklah warna
jingga yang cerah.
Cewek itu tersenyum lagi, bukan untuk basa-basi tapi ia
memang tulus bertanya karena sepertinya cowok ini sangat cuek pada keadaan
sekitarnya sehingga ia hanya terlihat sendirian tidak seperti anak lain yang
heboh mencari teman yang dikenal meskipun mereka semua sudah satu sekolah sejak
kelas sepuluh.
“Lo dulu dari kelas mana? Gue tau muka lo tapi gak inget
lo sekelas sama siapa. Sama Ody bukan sih?” Tanya jingga polos.
“Iya,
12-3. Gue juga jarang lihat lo. Cuma pernah sekali di ulangtahunnya Anggun
kayaknya.”
Jingga
melongo, “ah iya? Lo juga disitu? Liat gue berarti kan? Aaaa malu banget. Udah
plis lupain apapun yang lo inget tentang gue.”
Yama
tertawa kecil mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu ketika acara ulang
tahun Anggun di The Palace. Ada seorang cewek yang dengan clumsy nya membuat kue ulangtahun Anggun cacat sedikit karena ketumpahan
minumannya. Untungnya Anggun tidak marah karena kuenya agak sedikit rusak, tapi
jingga cukup malu dengan kejadian itu karena sesudahnya ia menjadi terkenal
disekolahan dengan julukan ‘si penumpah kue’. Sepele sih tapi hal itu justru
malah menjadi sebuah label untuknya. Itu lebih baik dibandingkan si gila..
“Lo
gak ngetawain gue kan?” tegur jingga curiga melihat yama senyam-senyum sendiri.
Yama
menggelengkan kepalanya tanda tidak. Mana mungkin yama mengaku kalau ia sedang
teringat cewek clumsy itu.
Jingga
tidak bertanya lagi, namun tiba-tiba ia ingat tujuan utamanya tadi menghampiri
cowok yang duduk hampir dibarisan belakang ini, “hmm.. gue duduk disamping lo
ya? Boleh? Gue gak suka duduk di depan banget. Tuh lihat bangku yang kosong
tinggal didepan.”
“Silakan..”
sahutnya, “kalau lo gak masalah duduk disamping cowok.”
Dengan
satu kata itu saja, jingga langsung fiks duduk disebelah yama untuk 3 bulan
kedepan sampai waktu ujian tiba di bulan april nanti, jingga tidak berkata
apa-apa lagi selain berterimakasih pada cowok ini.
***