Usia 20an: Friendship

Minggu, Januari 20, 2019


Hal-hal yang bisa dilakukan saat ngumpul seru bareng teman sebaya:
  1. Makan. Karena sudah mulai bisa menghasilkan uang sendiri, sekarang bisa pilih cafe atau restoran yang unyu buat reunian. Selain bisa kumpul dan makan, tentu aja tempatnya harus cukup instagramable.
  2. Mengobrol. Catching up with life karena sudah lama tidak ketemu sudah pasti dilakukan. Tapi, hati-hati dalam memilih topik pembicaraan, kalau salah ucapan bisa-bisa tersinggung orangnya. Kalau bisa sih, tanya hal-hal yang umum aja. Jangan tanya kapan nikah, kapan punya anak. Sensitif warning tuh. Ada orang-orang yang gerah kalau ditanyain loh. Kecuali nih, kalian punya temen yang mau dikenalin wkwkw 
  3. Karaoke. Kalau ini bisa jadi ajang seru-seru pemersatu bangsa. Apalagi kalau udah nyanyi lagu nasional yaitu dangdut. 
  4. Piknik ala-ala. Kalau mau ambil piknik ala-ala juga boleh banget. Mungkin lebih seru ya jalan-jalan, ngobrol terus udahnya lesehan santai-santai sambil menikmati suasana tempat piknik. Salah satu lokasi yang bisa dijadikan alternatif adalah Kebun Raya. Lumayan kan refreshing sekalian reuni. 
Hal-hal yang gak boleh kamu lakukan kalau lagi kumpul: 
  1. Melototin HP selama kumpul. Hello, sudah lama kalian tidak bertemu terus kalau kamu kerjanya hanya melototin HP ngapain ketemu? Unless memang ada kerjaan dari boss atau e-mail kantor yang harus dibalas segera, kurangi main HP. 2-3 jam tidak mengecek HP tidak akan membunuhmu sih. Quality time bersama sobat gaul. Kalau kamu fokus selama 2-3 itu makin cepat juga kamu pulang dan bercengkrama dengan HP-mu lagi. Iya gak? 
  2. Bertanya hal-hal sensitif lyke: kapan nikah? Kapan punya anak? It's not your business unless the person is talking first. Don't be insensitive. Some people find that q is disturbing privacy though some ppl don't mind sih sebenarnya. 

Pertemanan Usia 20-an

Banyak tulisan dan orang yang bilang kalau seiring berjalannya waktu circle pertemanan kita semakin kecil. Katanya sih itu proses alami yang nanti juga semua bakal mengalami. Kalau misalnya kita punya 10 teman main, lama-lama bakal berkurang tiap diajak kumpul bareng karena udah sibuk sama kehidupan masing-masing ya kerja, ngurusin keluarga baru dan lainnya.

Pertemanan umur 20an yang kalau gak bisa maintain tau-tau udah tinggal 1 orang aja. Terus lama-lama jarang ngobrol atau menye-menye lagi. Bahkan nih tukar kabar kalau pas jelang lebaran atau mau ngasih undangan pernikahan. Satu persatu teman berkurang seiring bertambahnya usia. Makin kecil circle kita. Kalau dulu punya temen banyak, sekarang bisa dihitung pakai jari nih. Kalau dulu punya temen bisa dihitung pakai jari, sekarang udah gak keliatan di jari. Gitu lah kira-kira.

Hidup kayaknya makin rumit tapi tempat berbagi cerita makin sempit, makin itu-itu aja. Pernah khawatir gak kalau orang itu bosan dengar cerita kita?

Apakah kalian sudah mengalami fase itu? 

Buat gue sendiri, kayaknya sudah mulai meskipun efeknya memang tidak terlalu terasa karena pada dasarnya gue memang tidak punya banyak teman dan tidak bisa maintain hubungan sama orang banyak secara berkala. Gue awkward banget. Jadi, karena circle gue yang emang kecil, gitu-gitu aja--bahkan gak punya banyak teman jadi biasa saja rasanya. Memang sebatang kara sudah biasa. Ada yang berbeda, tapi gue gak mau mikirin berlarut-larut. Capeq kak.

Pernahkah kalian merasa kesepian karena gak punya teman? 

Kadang kala gue merasa sepi, tapi karena sudah terbiasa sendiri dan gak mau bergantung dengan orang lain, jadinya cuma pada moment tertentu aja. Gak setiap hari gue merasa kesepian. Kalau kebetulan balik malam terus habis hujan dan hormon lagi melow, mendadak jadi galau sih. Dalam pikiran gue nanya, sebenernya gue ini punya temen atau enggak ya? Kok hidup gue datar-datar aja nih dalam ruang pertemanan. Apakah gue semenyebalkan itu sampai gak punya temen ya?

Iya kadang kepikiran, tapi kemudian yaudahlah.

I am Alone, but Not Feel Lonely

Gue cukup kreatif untuk bikin diri gue lupa sama dunia nyata. Asal ada internet dan bisa streaming film, dunia gue udah bahagia. Gak ada temen berbagi cerita atau ngegosip pun gak masalah, gue ngomong sendiri aja sama tembok atau curhat di twitter. Beres. Tapi memang benar, ada kalanya gue memang butuh ngobrol dengan manusia. Masalahnya nih, kadang ada yang beranggapan kalau gue cuma datang saat ada butuhnya doang? Emang iya? Iya, memang begitu, gue datang kala ada butuhnya. Aku tidak mau munafik. Gue pada dasarnya emang jarang banget ngobrol sama orang. Males. Alasannya cuma itu. Gue gak biasa basa-basi sama orang sih, jadi kalau gak ada keperluan, gue bingung mau ngomong apaan. Gue nih semenyedihkan se-awkward itu sama orang. Mau nanya hal pribadi tapi kok kadang juga sebenernya gak pengen tau-tau amat soal kehidupan orang karena takut ganggu privasi dan gue takut iri hati. Hahahahahahaha

Ada kalanya gue memang ingin ketemu manusia, tapi gak selalu. Kira-kira 3 bulan sekali lah. Itu juga kalau ingat. 

Yang jadi masalahnya memang gue. Gue yang membatasi diri gue sendiri. Gue yang membatasi interaksi gue dengan orang lain. Tahun 2019 ini, gue udah sedikit tahu masalah gue di mana, hopefully ada sesuatu yang berubah dalam diri gue tahun ini. Semoga menjadi manusia yang lebih baik. Karena gue tahu meskipun gue ingin hidup sendiri, gue tetep butuh teman karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Tidak bisa dipungkiri bahwa gue butuh teman. Apalagi usia rentan depresi begini, gue butuh teman untuk main supaya gak stress terus-menerus. Pertemanan 20s yang gak rumit, tapi juga gak simple kalau bisa long last sampai.. Gak tau sampai kapan.

We may not meet as often as we're young, but I remember

Meskipun sudah berjuta-juta tahun gak ketemu dan saling bertukar kabar, tapi gue menghargai pertemanan yang gue punya. Meskipun gak pernah tukar kabar, dalam hati gue mendoakan yang terbaik untuk kalian semua. I always remember you as one of my good friends. 

You Might Also Like

0 komentar