Usia 30? Siapa takut? Aq.

Rabu, Maret 16, 2022



Memasuki usia 30 yang gak kayak manusia sepantaran lain tentu aja bikin hati sedikit gelisah. Gue udah gelisah sejak tahun lalu, pas diingatkan kalau saat itu gue udah di penghujung kepala dua, gue mulai agak panik. Gue sempat meratapi nasib yang berasa kok gue belum ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang sepantaran, ya? Gue juga sempat mikir seberapa lama gue buang-buang waktu menghabiskan hari gue tanpa melakukan hal apa pun?

Ternyata, perasaan itu wajar. 

Hal yang gue pikirin saat itu: Mau jadi apa ya gue di usia 30 nanti? Apa yang akan berbeda dibanding saat usia 20? Apakah gue harus benar-benar bersikap layaknya orang dewasa? Emang dewasa itu kayak apaan sih?

Gue bahkan sempat Googling gimana cara menghadapi umur 30, apa aja yang mesti dilakukan, dll. Itu semua gue pikirin saat overthinking.

Pas udah normal, gue kembali lagi ke: usia itu hanya angka. Enggak akan banyak beda, sama kayak waktu mau masuk kepala 2, gelisah, excited, tapi bisa juga dilalui meski agak berdarah-darah.

Sekarang, gue udah agak tenang menghadapi 30 dengan pasang kacamata kuda. Sabodo amat orang mau jungkir balik apa gimana, gue adalah gue. Gue gak bersaing dengan siapa pun selain diri sendiri, so take it easy. Gue mau tetap melakukan apa yang gue lakukan sekarang kalau itu masih baik dan memang jalannya.

Tentang 2022

Sejauh ini, banyak banget hal yang terjadi dalam hidup gue di awal 2022 ini. It changed everything in my life. Like literally. Semua terjadi begitu cepat dan berdekatan, gue kayak gak sempat napas. Gue gak akan bicara soal perasaan dengan detil, biarlah hanya catatan harianku yang tahu. Tapi ya memang, peristiwa Januari-Februari 2022 ini sungguh mengubah hidupku. Gue juga gak tau ya lebih baik atau buruk, belum kelihatan.

Saat itu, gue coba nyari kegiatan supaya gak sibuk dan bengong. Gue kembali kejar setoran fiksi hanya supaya gue sibuk dan gak mikir lagi. At some point, it works. Gue juga mencoba kembali ke akun utama supaya sibuk dan gak curhat Mulu. Ini memang kayak siklus yang terus terjadi. Setiap ada sesuatu dalam hidup yang kurang menyenangkan, gue pasti lompat akun. Alasannya ya gatau, gak berani nyicip perasaan.

Me vs Me

Kalau gue lihat diri gue yang sekarang dibandingkan 5 tahun lalu, gue mungkin akan terkejut. Keinginan mati dan perasaan tidak berguna itu sudah agak menghilang. Gue memiliki pekerjaan yang sesuai dengan ‘passion’ (privilese yang gak semua orang punya). Gue juga sudah bisa melakukan hal yang gue inginkan yaitu mendapatkan tambahan jajan dari nulis cabang lain. Apa yang kubayangkan dulu perlahan mulai jadi nyata meski ya gak semuanya tepat kayak gitu. Slow but sure, ada jalannya. Gue juga bisa belajar hal-hal baru dari orang-orang yang kompeten di bidangnya. Hal yang dulu jadi batasan, sekarang bisa dilewati. Gak mudah, tapi bisa. Alhamdulillah.

Salah satu hal lagi yang bikin gue bersyukur dengan diri gue yang sekarang... Masih orang yang punya pikiran negatif sih, tapi dah mendingan. Gue kadang terkejut kalau baca twt positif gue, berasa bukan diri gue tapi itu gue. Dah gak terlalu bitter meski keinginan julid itu masih ada wqwqwq Tapi gue dah bisa melihat sisi positif dari sebuah kejadian.

Sementara itu, hal yang gak berubah ya... Gue masih suka jadi hermit, menarik diri dari lingkungan. Gue juga masih merasa gak perlu ngobrol sama manusia kalau gak ada hal penting. Gue tetap ingin di belakang layar, tetap ingin menyerah dengan personal branding. Kayaknya... Kalau dijabarin makin banyak. Sudahi saja penjelasan sisi negatif yang akan selalu lebih banyak daripada positifnya.


Gue tapi masih takut karena ya gak tau ada apa di depan sana. Gak ada gambaran gimana hidup gue ke depannya. Kayaknya, mau umur berapa pun, ketakutan itu akan tetap ada. Materinya aja yang beda.

Dan karena hidupku ada di tanganku, gue memilih untuk hidup aja sambil nyanyi dan pegangan ke You are The Universe. Aku juga perlu menurunkan ekspektasi ke diriku sendiri karena oh sudah jelas tidak semua hal bisa kucapai 😀

Daripada kecewa, manajemen ekspektasi kayaknya suatu keharusan. Aku takut patah hati dan hilang semangat 😀

Bertumbuh secara mental itu.... Sulit wqwqwq

You Might Also Like

0 komentar