Tumben-tumbennya
kelas kama keluar agak sedikit lebih lama dari biasanya gara-gara dosennya lusa
mau libur jadi dirapel semua kuliahnya. Kama berjalan sendirian menuju kantin
sehabis selesai kelas saat Tiba-tiba ada yang menarik lengannya sehingga kama
tertahan. Padahal kama buru-buru karena udah janji sama vania yang udah duluan
di kantin. Kama otomatis menoleh kebelakang.
“gue aldrin.”
Kata orang itu tanpa ditanya, “lo sekarang jalan sama gue, kama.”
Kama melongo.
Hah? Apa-apaan ini? Tiba-tiba begini gak ada angin gak ada hujan ada cowok
memproklamirkan diri kama harus jalan sama cowok ini. Kenal aja engga. Apa pula
maksudnya? Kama langsung menarik lengannya dari tangan cowok itu.
“maaf..” kata
aldrin menangkap ketidaknyamanan kama atas perlakuannya tadi yang tiba-tiba.
“maksudnya
apa sih? Kamu aneh tau gak.” Kama mengernyitkan dahinya heran. Dia hendak kabur
dari situ. Males juga ngelayanin orang gak jelas begini.
“maaf,”
katanya lagi, kemudian dia menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan, “gue
aldrin. Maaf atas perlakuan gue tadi. Gue Cuma mau berteman dengan lo.”
Agak ragu
kama akhirnya menyambut tangan aldrin, “kama. Yaudah.. tapi jangan kaya gitu
lagi ya bikin gue kaget.”
“iya..”
..
Kama tersenyum.
Meskipun aldrin punya cara unik dan aneh buat kenalan sama kama, tapi kama gak
punya alasna untuk tidak menyambut tangan orang yang mau berteman dengannya.
Kama menatap mata aldrin sebentar, dan untuk sesaat mereka saling bertatapan.
Ada yang aneh. Kama bisa merasakan ada kesedihan di mata aldrin dan kama ingin
membuangnya jauh-jauh. Menurut kama, orang seperti aldrin harusnya lebih ceria
dan bersemangat.
“kamu mau
kemana? Aku lagi buru-buru mau ke kantin ditunggu temen. Kamu mau ikut?” ajak
kama.
“okay.”
Mereka berdua
langsung menuju kantin. Kama sendiri heran kenapa kama malah ngajak aldrin.
Padahal mereka baru saja kenal. Kama memutuskan untuk tidak ambil pusing.
“kama?” vania
heran melihat kama dan aldrin datang berbarengan sambil ngobrol padahal setau
dia kama belum kenal sama aldrin.
“hei van..”
kama tersenyum, kemudian dia duduk didepan vania dan aldrin mengikutinya duduk
disamping kama.
“h—hei kama,”
balas vania, terus dia beralih ke aldrin, “kemana aja al? udah tiga hari aku
gak liat kamu main sama teddy Cs. Karlu sepi.”
“gak van, gak
mood. Udahlah van, gue kesini bukan buat lo wawancarain.” Sahut aldrin jutek.
“lo tuh
kenapa sih al? aneh banget. Aldrin yang sekarang bukan aldrin yang gue kenal
biasanya..”
Kama gak
ngerti dengan obrolan vania dan kenapa dia protes sama sikap aldrin sekarang.
Kama aja baru kenal aldrin sekarang jadi dia gak tau gimana aldrin dulu. Dan
kayanya vania dengan oran ini memang dekat kalau dilihat dari cara mereka
bicara satu sama lain. Ah ya! Kama ingat bahwa cowok ini adalah cowok yang
beberapa hari lalu ketemu di parkiran dan vania cegat tiba-tiba. Dari sini kama
yakin bahwa kereka berdua emang udah kenal sejak lama. Telaklah kama menjadi
outsider.
“nggg.. sori
gue ikut campur. Gue rasa berantem gak akan nyelesain masalah. Gue gak ngerti
ini sebenarnya ada apa,” kama bangkit dari duduknya, “lebih baik kalian
selesain dulu masalah kalian berdua, aku gak akan ikut campur. Oke?”
Aldrin
menahan kama, “gak. Kamu disini aja. Biar gue yang pergi. Gak ada masalah
apapun kok. Nanti kita ngobrol lagi, kama.”
Aldrin
langsung pergi begitu saja meninggalkan banyak pertanyaan di wajah vania yang
sangat penasaran kenapa aldrin jadi galak.
Agak ragu,
kama memutuskan untuk bertanya, “cowok tadi—aldrin teman lama kamu van?”
Vania akhirnya
tersadar dia masih bersama kama, vania melirik kearah kama lalu tersenyum
kecil, “bukan teman lama, tapi udah lama kenal. Temen main, kam, dan kebetulan
satu kampus.”
“kalian lagi
bertengkar?”
Vania
menggeleng, “nope. Bukan masalah kami pribadi kok, Dia jadi galak banget. Agak
aneh aja lihat dia kaya gitu sekarang.”
“kenapa?”
Tanya kama penasaran.
Vania
mengangkat bahu, “entah. Gue belum sedekat itu sama dia, tapi gue cukup kenal
dia. sejak nyokapnya meninggal, dia jadi berubah 230 derajat. Dia juga temannya
teddy cs, makanya gue kenal. By the way, gimana cara kamu kenal aldrin?”
Kama hanya
tersenyum. Dia langsung mengerti apa yang dihadapi aldrin karena dia juga
pernah merasakannya. Dulu. Mungkin aldrin masih bingung sekarang ini.
***