Kama cp. 2

Jumat, November 16, 2012


That man

Indonesia, 2010
“aldrin mana sih? Ngilang melulu..” Tanya teddy.
“tuh dipojokan. Kayanya masih sedih dia.. udah hamper sebulan dia kaya gitu. biasanya dia ikut ngebasket..” tunjuk anjas.
Spontan teddy dan denish ngeliat ke pojok kantin.
“gue rasa aldrin masih sulit ngelepas nyokapnya. Liat aja perubahan dia sekarang.. gak tega gue liat temen gue kaya gitu..”
“setau gue dia kan emang sayang banget sama nyokapnya..”
“kita harus bikin sesuatu buat temen kita yang satu itu.”
“lo inget gak cewek yang aldrin certain waktu SMA?” denish berusaha mengingat-ngingat memori otaknya.
“cewek? Siapa? Keiko si jepang?” Tanya teddy asal. Anjas pun sama cluelessnya dengan teddy
“bukan, yang di PB. Lupa? Yang bikin dia mampir terus ke PB.” Jelas denish.
“oh. Iya, kenapa?”
“gpp, gue ngerasa aja cewek itu mirip si kama. Lo liat gak foto yang dikamar aldrin? Profilnya agak mirip meskipun dari jauh, lo pasti bakal notice kalau itu kama.”
“serius?”
Denish mengangguk mantap. Selama ini diantara mereka bertiga, denish memang paling dekat dengan aldrin karena dia sering sekali datang kerumah untuk menginap, namun sejak kepergian nyokapnya aldrin, denish jadi segan karena perubahan sikap aldrin yang tidak biasa sehingga dia sungkan untuk datang.
“kalau cewek itu benaran kama gimana?” Tanya anjas pensaran akan apa yang terjadi nanti.
Ketiganya sama-sama tahu bahwa aldrin sangat mengagumi cewek PB yang tidak sengaja aldrin lihat di halte bus, namun sayang aldrin belum berkesempatan untuk berkenalan dengan cewek itu karena selama beberapa minggu setelahnya aldrin tidak pernah melihatnya lagi di halte bus. Aldrin coba datang ke PB namun dia malah bertemu dengan teman-teman mainnya. Bukannya mencari tahu cewek itu, aldrin malah digandeng keluar dan diajak main di lapangan basket. Setelahnya aldrin tidak pernah mencoba lagi untuk datang ke PB ataupun ke halte bus. Aldrin tidak pernah lupa, dia hanya pura-pura melupakan.
Sampai ketika ibunya aldrin meninggal, dia tidak pernah memikirkan wanita itu lagi. Pikirannya benar-bener kacau dan penuh penyesalan. Bahkan untuk bermain dengan teman-temannya saja aldrin sudah jarang bahkan tidak pernah. Mungkin saat ini aldrin benar-benar sudah melupakan wanita itu.
“lo mau ngasih tau aldrin kalau cewek yang dulu dia kagumi satu kampus sama kita?” Tanya denish pada kedua temannya namun pertanyaan itu sepertinya lebih ditujukan untuk teddy yang emang lagi naksir-naksirnya sama kama.
Teddy diam lalu mengangkat bahunya, “mungkin. Entahlah. Kalau cewek itu beneran kama.. gue gak tau deh.”
“berharap aja itu bukan kama.” Tambah anjas.
***
“heh kemana lo? Balik sama siapa? Ayo bareng gue. Udah malem nih.” Ajak vania ketika kama malah pergi duluan padahal vania udah bilang mau bareng.
Kama ragu, “ sendiri sih.”
“ayolah. Bareng sama gue. Lo kan temen gue, santai aja kali, kam. Kaya baru kenal aja, tapi lo temenin gue dulu ya ke toko roti. Laper gue, kam..”
Kama tersenyum, “oke..”
Vania langsung mengajak kama menuju parkiran mobilnya. Begitu mereka mau masuk mobil, vania tertahan tidak jadi masuk gara-gara ada dua cowok lewat depan mereka dan vania langsung menaggilnya. Otomatis kama juga gak jadi naik dan ikut merhatiin ke arah vania berbicara.
“aldrin..” vania setengah berlari kearah cowok berambut cepak yang lagi memanggul jaket dan tasnya dengan gaya santai.
Cowok itu berhenti begitu vania menghampirinya.
“al, besok kan si tara ulang tahun nih, nanti malem dateng ya kerumah dia? oke?” ajak vania. Samar-samar kama masih dapat mendengar kata-kata vania.
“gue gak diajak nih?” Tanya cowok satunya lagi. Denish.
“lo sih pasti dateng tanpa diajak, den. Kan lo otaknya.” Jawab vania, terus dia beralih lagi ke aldrin, “dateng ya al. jam 10 di monique’s.”
“gak janji, van.” Sahut aldrin.
“ah aldrin. Ayolah.. ya? Ya?” desak vania.
“gimana nanti aja..” aldrin keliatan males ngeladenin vania.
Vania melirik kearah denish dengan tatapan memohon supaya ngebujuk aldrin. Denish mengerti dan langsung manggut-manggut.
“yaudah deh gue duluan sama kama. Byeee..” pamit vania sambil berlari kecil kearah mobilnya dan melambaikan tangan.
“hah? Kama? Ajak si kama, van!” seru denish agak berteriak.
Vania langsung tersenyum ke arah kama, “denger kan kam? Ikut yuk ntar malem ke rumah tara. Besok dia ulangtahun—hey gue lupa belum nyiapin kado buat dia.”
Tara? Temen vania cheers di PB dulu. Gimana bisa cowok-cowok tadi kenal vania.. tara.. berarti mereka memang sudah kenal dari dulu.  Ah sudahlah kama gak ambil pusing gimana dulu mereka saling kenal.
“lo mau kan sekalian nemenin gue cari kado?” ajak vania.
“hah? Oke..” kama gak bisa nolak.
“kira-kira apa ya?” vania berlagak mikir dan menanyakan pendapat kama namun akhirnya dia sendiri yang menjawabnya, “tara pasti suka gue kasih manolo. Dia kan terobsesi jadi tinggi..”
Kama hanya tersenyum.
                                                                                                ***
“yang tadi sama vania siapa, den?” Tanya aldrin.
“siapa? Kama?” denish malah balik nanya.
“iya, siapa dia?” Tanya aldrin lagi.
Denish langsung nyengir, “anak manajemen. Lo gak tau? Dia cantik begitu tuh sexy. Emang sih gak terlalu menonjol tapi dia temennya vania kok dari SMA.”
Aldrin mengerutkan keningnya bingung. Rasanya kok dia gak familiar sama nama kama ini padahal dia juga kenal vania udah lama. Dan anehnya lagi ternyata kama begitu popular di mata temen-temennya. Dan dia mengingatkan aldrin dengan seseorang.
“teddy udah ngincer dia dari dua bulan yang lalu, Cuma si kamanya aja terlalu polos dan susah dideketin,” lanjut denish, “kenapa emang, al?”
“gak apa-apa.”
Dengan siapa ya?, batin aldrin terus bertanya penasaran.
                                                                                   ***
“tumben udah pulang jam segini. Gak keluyuran dulu?” sindir agni—adik perempuan aldrin yang sekarang duduk di bangku SMA. Melihat abangnya pulang kurang dari jam duabelas malem begini agni malah jadi heran. Gak aneh sih. Agni memang sudah menyadri perubahan aldrin sejak kepergian bunda. Kakak keduanya ini jadi aneh dan gak biasa. Jadi pendiem dan gak asik.
“bagus dong gue udah pulang.” Sahut aldrin singkat. dia bergerak mengambil air dingin di dalam kulkas kemudian langsung menenggaknya langsung dari botol.
Agni udah mau protes lagi tapi gak jadi begitu lihat aldrin langsung melengos ke ruang atas. Agni Cuma ngedumel dalam hati namun kemudian dia ingat untuk menyuruh kakaknya makan, kalau engga bisa-bisa aldrin sakit lagi nanti.
“udah makan? Kalau belum mau aku panasin makan gak?” teriak agni.
“gak usah ni. Belajar aja kamu.” Jawab aldrin tanpa menoleh. Dia langsung menuju kamarnya di lantai atas. Tempat yang sekarang ini menjadi tempat paling nyaman untuk bersembunyi dari dunia luar, tempat ia berkeluh kesah karena disini biasanya bunda akan memarahinya karena aldrin sangat sulit dibangunin.
Setelah sampai di dalam, tiba-tiba aldrin tertarik untuk melihat foto yang dia ambil waktu SMA dan di pajang di dinding kamarnya. Dia tertarik untuk melihat foto-foto iseng yang ia ambil di jalanan. Halte bus. Masih ada. Masih ada wanita itu di foto ini. Meskipun aldrin sama sekali tidak mengetahui identitas wanita ini, tapi wanita ini benar-benar berhasil menarik perhatiannya yang terdalam. Tidak berlebihan, tapi wanita ini memang menarik.
Kama. Aldrin teringat dengan nama teman vania tadi. Ia mengingatkan aldrin pada sosok di halte itu. Meski aldrin tidak yakin mereka adalah sama, tapi teman wanita vania tadi cukup menarik perhatiannya. Dan sedikit demi sedikit membuatnya ingin hidup kembali. Mungkin besok dia akan bertanya pada vania mengenai wanita itu. Mungkin.. bila aldrin ingin ataupun tidak.
                                                                                                ***

You Might Also Like

0 komentar